Topeng Emansipasi
18 Mei 2014 pukul 14:04
Topeng Emansipasi
Penyusun: Ummu Khadijah dan Ummul Hasan
Muraja’ah: Ust. Aris Munandar
Saudariku
yang semoga dirahmati Allah, sudah tidak asing terdengar di telinga
kita bahwa baiknya wanita akan menjadi kunci kebaikan umat. Peran dan
partisipasi seorang wanita adalah suatu hal yang sangat penting. Wanita
laksana pedang bermata dua, jika ia baik dan menunaikan tugas-tugas
utamanya sesuai dengan yang Allah gariskan maka ia bagaikan batu-bata
yang baik bagi bangunan masyarakat Islam. Namun jika ia telah
menyimpang dari syari’at yang Allah tetapkan, maka ia ibarat pedang yang
akan merusak dan menghancurkan umat.
Emansipasi Wanita
Musuh-musuh
Islam sangat paham bahwa peran wanita muslimah sangat penting dalam
membangun masyarakat Islam. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha
menyerang Islam melalui kaum wanitanya. Salah satu upaya tersebut
adalah dengan menghancurkan wanita muslimah melalui “emansipasi”.
Mereka menamakan emansipasi sebagai gerakan yang membebaskan wanita
dari kezhaliman dan untuk memenuhi hak-hak mereka secara adil (menurut
mereka) –dengan slogan toleransi, kebebasan wanita, persamaan gender,
dan sebagainya.
Namun ketahuilah wahai Saudariku, emansipasi
tumbuh dari sistem sekuler yang memisahkan antara kehidupan dan nilai
agama. Mereka menginginkan wanita menjadi pesaing bagi laki-laki dan
memperebutkan kedudukan dengan kaum laki-laki. Wanita dalam konsep
mereka ibarat barang dagangan yang dipajang di etalase, yang siap
dijadikan tontonan bagi para hamba syahwat dan menjadi budak nafsu
mereka.
Na`udzubillah, mereka juga berusaha menjauhkan wanita
dari hijab dan rumah-rumah mereka, mengabaikan pengasuhan anak dengan
mengatakan bahwa mengasuh anak tidak mendatangkan materi, membunuh
kreatifitas dan menghambat potensi sumber daya manusia kaum wanita.
Coba kita perhatikan, betapa menyedihkannya pemikiran mereka ini yang
memandang baik buruknya kehidupan dari sudut pandang materi.
Oleh
karena itu, kita harus berhati-hati dengan syubhat-syubhat (kerancuan)
yang mereka lontarkan. Mungkin secara sepintas, wacana emansipasi
mampu menjawab problematika wanita dan mengangkat harkatnya tapi
tidaklah mungkin itu diraih dengan mengorbankan kehormatan dan harga
diri wanita. Sungguh, tak akan bisa disatukan antara yang haq dengan
yang bathil. Mereka tidaklah ingin membebaskan wanita dari kezhaliman
tetapi sesungguhnya merekalah yang ingin bebas menzhalimi wanita!!!
Wanita Dalam Islam
Islam
benar-benar memperhatikan peran wanita muslimah, karena di balik peran
mereka inilah lahir pahlawan dan pemimpin agung yang mengisi dunia
dengan hikmah dan keadilan. Wanita begitu dijunjung dan dihargai
perannya baik ketika menjadi seorang anak, ibu, istri, kerabat, atau
bahkan orang lain.
Saat menjadi anak, kelahiran anak wanita
merupakan sebuah kenikmatan agung, Islam memerintahkan untuk
mendidiknya dan akan memberikan balasan yang besar sebagaimana dalam
hadits riwayat `Uqbah bin ‘Amir bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,
“Barangsiapa
yang mempunyai tiga orang anak wanita lalu bersabar menghadapi mereka
dan memberi mereka pakaian dari hasil usahanya maka mereka akan menjadi
penolong baginya dari neraka.” (HR. Ibnu Majah: 3669, Bukhori dalam “Adabul Mufrod”: 76, dan Ahmad: 4/154 dengan sanad shahih, lihat “Ash-Shahihah: 294).
Ketika
menjadi seorang ibu, seorang anak diwajibkan untuk berbakti kepadanya,
berbuat baik kepadanya, dan dilarang menyakitinya. Bahkan perintah
berbuat baik kepada ibu disebutkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sebanyak tiga kali baru kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan perintah untuk berbuat baik kepada ayah. Dari Abu Hurairah berkata,
“Datang
seseorang kepada Rasulullah lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapa
yang paling berhak untuk menerima perbuatan baik dari saya?’ Rasulullah
menjawab, ‘Ibumu,’ dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah
menjawab, ‘Ibumu,’ dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah kembali
menjawab, ‘Ibumu,’ lalu dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah
menjawab, ‘Bapakmu.’” (HR. Bukhori: 5971, Muslim: 2548)
Begitu
pun ketika menjadi seorang istri, Islam begitu memperhatikan hak-hak
wanita sebagaimana disebutkan dalam surat An-Nisa’ ayat-19 yang
artinya:
“…Dan pergaulilah mereka (para istri) dengan cara yang baik…”
Dan
saat wanita menjadi kerabat atau orang lain pun Islam tetap
memerintahkan untuk mengagungkan dan menghormatinya. Banyaknya
pembahasan tentang wanita di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah menunjukkan
kemuliaan mereka. Karena sesuatu yang banyak dibahas dan mendapat banyak
perhatian tentunya adalah sesuatu yang penting dan mulia. Lalu masih
adakah yang berani mengatakan bahwa Islam menzhalimi wanita?!
Wahai
saudariku, demikianlah syari’at Islam menempatkan wanita di singgasana
kemuliaan. Adapun di zaman sekarang, kenyataan yang terjadi di
masyarakat sungguh jauh dari itu semua. Penyebabnya tidak lain adalah
karena jauhnya umat Islam dari pemahaman yang benar terhadap agama
mereka. Seringkali ada orang yang menjadikan kesalahan orang lain
sebagai hujjah (argumentasi) baginya untuk turut berbuat kesalahan yang
sama. Terkadang pula orang-orang menilai syari’at Islam dari perilaku
orang-orang yang menyatakan bahwa mereka beragama Islam, namun pada
hakekatnya perilaku mereka belumlah menggambarkan yang demikian. Oleh
karena itu wahai Saudariku, janganlah menjadikan perilaku manusia
sebagai dalil. Jadikanlah Al-Qur`an dan Sunnah dengan pemahaman para
shahabat sebagai petunjuk bagi kita. Sungguh kita berlindung kepada
Allah dari butanya hati dan akal dari kebenaran.
Wallahul musta’an.
Dinukil dari:
Artikel “Keagungan Wanita Dalam Naungan Islam” (sumber: Majalah Al-Furqon Tahun 6 Edisi 9 Rabi’uts Tsani 1428 H)
Buku “Emansipasi Wanita” karya Syaikh Shalih bin ‘Abdullah bin Humaid
Buku
“Wanita-wanita Teladan Di Masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam” karya Mahmud Mahdi Al-Istanbuli dan Musthafa Abu An-Nashr
Asy-Syalabi dengan perubahan seperlunya.
***
Artikel muslimah.or.id